Minggu, 23 Agustus 2015

SASAKALA KUDA DEPA

Di beberapa daerah di negeri ini banyak nama tempat yang terkadang membuat dahi kita mengernyit, tidak jarang tersenyum serasa lucu mendengarnya.
Di kecamatan Sukahening kabupaten Tasikmalaya ada nama kampung sekaligus nama sebuah desa yaitu kampung Kuda Depa desa Kuda Depa. Kalau dalam bahasa Indonesia mungkin kuda tiarap atau tengkurap.
Setidaknya ada cerita masyarakat tentang asal usul adanya nama kampung Kuda Depa.
Dahulu sebelum alat tranportasi dan akses jalan semudah dan semoderen sekarang, untuk menuju ke kota kecamatan yaitu ke Cisayong dengan letak geografis berada di pegunungan alat tranportasi satu satunya selain berjalan kaki adalah menunggang kuda tanpa gerobak, delman, andong atau lainnya. Makanya banyak penduduk yang memelihara kuda.
Versi pertama tentang asal usul nama Kuda Depa katanya pada jaman gerombolan, untuk melindungi kampung dari serangan gerombolan, maka pada malam hari dimana biasanya gerombolan merajah kampung, maka kuda kuda tersebut dilepas untuk berlari kesana kemari seolah olah menunjukan ada tentara yang berjaga atau berpatroli sehingga gerombolan tidak jadi menyerang kampung. Adapun kuda kuda yang berlarian tersebut karena kelelahan akhirnya depa semua beristirahat.
Cerita kedua, pada jaman penjajahan Belanda, ada acara hiburan di tepi gunung di kampung Balandongan. Para Meneer dan menak yang ingin melihat hiburan tersebut menyimpan kudanya di satu tempat, karena kuda kuda tunggangannya tidak bisa dibawa atau sampai ke tempat hiburan.
Ketika para meneer dan menak menikmati hiburan, kuda kuda dan penjagannya diserang pejuang dan masyarakat sehingga mati semua. Maka semenjak itu dinamai Kuda Depa.
Sampai sekarang bambu bekas menambatkan kuda kuda tersebut masih ada dan jadi rimbunan bambu/awi temen yang tidak pernah ditebang masyarakat.
Tentang kebenaran cerita tersebut, wallohu a'lam.

Jumat, 21 Agustus 2015

SITU SANGHYANG HILANGNYA SEBUAH LEGENDA

Masih seputaran situ Sanghyang Cibalanarik kabupaten Tasikmalaya. Dahulu situ ini lebat ditumbuhi pohon kirai, kita tidak dapat melihat satu tepi ke tepi seberangnya, karena tertutupi rimbun dan padatnya pohon kirai. Tetapi tidak lagi, hamaparan luasnya dapat kita nikmati dan jelajahi sepuasnya, bahkan kita dapat menyetubuhinya dengan telanjang melalui kayuhan rakit penduduk setempat.
Banyak cerita berbalut mistis dengan keberadaan pohon kirai tersebut, selain kisah budak buncir (sebagaimana situ situ yang lain) sebagai legenda terbentuknya ssebuah situ atau telaga.
Diantara cerita mistis yang turun temurun bahasa pitutur dari mulut ke mulut adalah, bahwa pohon kirai tersebut suka berpindah tempat. Padahal menurut logika dengan kedalaman situ antara 15 meter sampai 17 meter hal itu sangat memungkinkan karena pohon kirai tumbuh mengambang, akarnya tidak sampai ke dasar situ.
Ada juga cerita, bahwa sewktu waktu rimbunan pohon kirai itu akan mengeluarkan suara suara aneh sebagai pertanda akan terjadi peristiwa besar baik lokal maupun nasional, seperti halnya kejadian gunung galunggung meletus. ini juga bila ditelaah bisa jadi karena pergerakan gempa bumi menyebabkan batang poho kirai beradu.
Yang pasti setelah pohon kirai tidak ada, bukan hanya legendanya yang hilang, tapi mata pencaharian sebagian masyarakat yang memakai pelepah kirai sebagai bahan kerajinan lampit dan kere.tirai ikut hilang karena ketiadaan bahan baku.







Rabu, 19 Agustus 2015

MEMPERINGATI HUT RI KE 70 DI MAKAM PAHLAWAN LINGKUNGAN HIDUP YANG TERLUPAKAN

Beragam cara dilakukan untuk memperingati hari kemerdekaan, ada yang mengikuti upacara dan arak arakan karnaval budaya, mengikuti aneka perlombaan di kampung atau komplek, ada yang di puncak gunung, di tepi laut, dan lain lain.
Penulis sendiri pada tanggal 17 Agustus 2015 kemarin, bersama beberapa orang komunitas TTD (Tasikmalaja Tempo Doeloe), memperingatinya dengan berziarah ke makam Ema Eroh dan bersilaturahmi dengan keluarganya yang masih ada.
Mungkin ada yang masih ingat dan mengenal sosok Ema Eroh. Betul, beliau wanita tangguh dari kampung Pasir Kadu desa Santana Mekar kecamatan Cisayong kabupaten Tasikmalaya, yang dengan kegigihannya selama dua setengah tahun menggali parit/selokan di bibir jurang untuk mengalirkan airnya ke (asalnya ke sawah beliau), ketika sudah mengalir bukan hanya sawah beliau yang terairi tapi berpuluh hektar. Beliau hanya bersenjatakan belincong dan cangkul.
Perjuangan dan hasil karya beliau dianugrahi KALPATARU oleh Presiden Soeharto saat itu. Dengannya bukan hanya nama beliau yang harum, tapi Tasikmalaya pun semakin dikenal.
Kini setelah sebelas tahun beliau meninggal (Ema Eroh wafat pada tahun 2004), warisan yang tersisa di rumah beliau, adalah :
  1. Parit/selokan yang terbengkalai
  2. Makam dan nisan beliau
  3. satu buah bingkai foto dengan bupati Adang Roesman Alm.
  4. Satu buah poster pementasan seni yang mengangkat tema dan judul tentang beliau.
Dimanakah KALPATARUnya berada ?
Entah dimana Kalpataru sebagai anugrah perjuangan Ema Eroh berada atau disimpannya, keluarganya (Suami dan anak-anaknya) pun tidak mengetahui dengan pasti. Hanya katanya diambil oleh pemerintahan