Senin, 02 November 2015

REBO NYUNDA DAN GELIAT PENGRAJIN LOKAL SUNDA

Adanya program atau kebijakan ngamumule/melestarikan budaya sunda dengan kegiatan Rebo Nyunda , dimana pada hari rabu disarankan/diharuskan untuk berpakaian adat sunda dan berbahasa basa Sunda bagi pegawai negeri sipil khususnya dan sekolah sekolah.
dengan adanya program ini, disisi lain turut membantu menggeliatkan pengrajin yang berhubungan dengan apa yang dibutuhkan untuk mendukung Rebo Nyunda. Diantaranya pakaian adat, seperti pangsi, iket, kebaya, tarumpah dan lain-lain.
Semoga dengan adanya program atau kebijakan Rebo Nyunda ini akan mengangkat kesejahteraan pengrajin dan juga pamor produk produk khas dan asli Sunda / Jawa Barat tanpa takut diinvasi atau ditiru produk luar yang dengan embel elmbel lebih murah.



Minggu, 11 Oktober 2015

Citiis Destinasi tersembunyi Di Kaki Dingdingari ( #SonoKaTasik )

Hari ini Petualang kami menikmati keasrian alam yang boleh dibilang masih Virgine karena belum banyak dikunjungi wisatawan.
Untuk urang Sunda ketika disebut nama tempatnya mungkin sedikit “kerung” mengernyitkan dahi. Ya Cipanas Citiis artinya air panas air dingin.
Ya kolam pemandian Cipanas/air panas ini berlokasi di Citiis kecamatan Padakembang kabupaten Tasikmalaya. Dari jalan Cisinga (Ciawi Singaparna) atau dari pasar Padakembang kirang lebih satu jam perjalanan. Pengunjung belok dari jalan yang ada mesjid Besar Al Irsyad, menyusuri jalan aspal kampung yang mulai terkikis habis, setelah ujung kampung kita disuguhi jalan setapak yang hanya bisa dilalui motor saja. Bila takut tersesat sepanjang jalan bisa bertanya kepada masyarakat yang dengan senang hati akan menunjukan jalan.
Dibentengi gunung Dingding Ari, diapit sungai Cikunir (aliran pembuangan air kawah Galunggung), pada spot tertentu kita juga bisa melihat jalan atau tangga yang menuju puncak/kawah Galunggung. Sungguh sempurna penciptaan Sang Khalik.
Serasa di privat island, karena saat berendam atau berenang tidak dibisingkan hiruk pikuk pengunjung lain. Serasa kolam renang sendiri, hehehe…..
Bagi yang tidak sempat membawa bekal, pengelola menyediakan warung kopi dan makanan ringan lainnya, atau kalau mau dimasakin nasi liwet bisa pesan dari sebelumnya.
Tiket mask murah banget cuma dua ribu rupiah saja, motor bisa sampai ke bibir atau pinggir kolam.
Fasilitas kamar mandi untuk ganti baju juga tersedia empat kamar, cukup nyaman dan aman. Kalaupun ada sedikit kekurangan atau usul yakni tajug atau mushola untuk pengunjung muslim bila bertepatan dengan waktu sholat tiba. Selain itu dasar kolam yang licin oleh lumut karena mungkin jarang dibersihkan. Selebihnya Woooowwww….Kereeennnnnn…..Amaziiiing…..Buanget…….!!!!!
Yang perlu sangat diperhatikan pastikan moor anda sehat, terutama rem dan bannya, karena pada beberapa titik agak curam dan licin oleh pasir.
Jangan pikir panjang untuk menikmati destianasinya
Jangan pikir panjang untuk menikmati destianasinya

Selain kolam renang ada destinasi lain yang layak dikunjungi yang lokasinya tidak begitu jauh, yakni Curug Cikunir. Untuk wisatawan ziarah, ada curug/petilasan Tajimalela, Eyang semplak waja dan lain-lain.

Jadi so tunggu apalagi segera datang dan nikmati destinasinya.

Rabu, 07 Oktober 2015

Pasar Kolot Sukaraja, sentra batik Tasik/Sukapura Yang Terlupakan ( #SonoKaTasik )

Selama ini orang lebih mengenal Ciroyom Cigeureung kecamatan Cipedes kota Tasikmalaya sebagai satu satunya sentra pengrajin batik di Tasikmalaya. Ternyata nun di kecamatan Sukaraja ternyata ada juga sentra batik, bahkan mungkin lebih khas Tasik atau Sukapuranya. Sayang kondisinya sekarang seperti hidup segan mati tak mau.
Berada di kecamatan Sukaraja kabupaten Tasikmalaya. Dari pasar atau terminal Sukaraja tinggal ambil jalan yang menuju Cibalanarik atau Situ Sanghiyang. Mungkin sekitar dua kilometeran. Perlu dibantu dengan bertanya kepada penduduk, karena jangan membayangkan seperti sentra batik Cigeureung yang mana sepanjang jalan ada beberapa yang membuka gerai, toko atau display, sehingga orang akan mudah untuk menemukannya. Bahkan katanya telah dibangun rumah batik, yang entah hidup atau tidak.
nb
foto by Emen Kokarsu (Komunitas Karinding Sukapura)








Selasa, 06 Oktober 2015

Bumi Alit Sukapura Sukaraja Satu satunya Museum di Tasikmalaya ? ( #SonoKaTasik )

Lokasinya di Kecamatan Sukaraja, kabupaten Tasikmalaya, perjalanan tiga perempat jam dari pusat kota Tasikmalaya. Berada di belakang pasar Sukaraja. Sebetulnya tidak sulit untuk menemukan bangunan Bumi Alit, tetapi entah karena memang ketidak tahuan atau selama ini kurang informasi dan promosi tentang keberadaan Bumi alit, baik dari pemerintah dinas terkait atau dari Yayasan Keluarga/Pemangku Wakaf Keluarga Sukapura.
Namanya kalah tenar oleh komplek pemakaman Syekh abdul ghorib di Kawalu, apalagi oleh Gua saparwadi Pamijahan. Padahal bagi pecinta ziarah makam Leluhur bisa satu paket perjalanan, ditambah tidak jauh dari Bumi Alit ada komplek pemakaman leluhur Sukapura (Para Bupati awal dan keluarganya) atau lebih dikenal dengan Baganjing.
Jadi bila dari arah kota Tasikmalaya, pertama berziarah ke makam Syekh Abdul Ghorib, kedua berziarah ke makam Leluhur Sukapura dan tentunya juga ke Bumi Alit terakhir ke Saparwadi Pamijahan.
Bangunan Bumi Alit tidak terlalu besar, maap penulis lupa menanyakan ukuran bangunannya. Terbagi dua ruangan. Ruangan pertama cukup lebar berisi koleksi senjata dan foto-foto (repro) Sukapura jaman dulu. Ruangan kedua boleh dibilang ruangan khusus, karena tidak sembarang orang bisa masuk. Koleksi di dalamnya boleh jadi dianggap istimewa. Beruntung sekali pada saat penulis dan teman-teman berkunjung, entah kenapa pintu ruangan utam/istimewa dibuka, sampai penjaga kunci/kuncen geleng geleng kepala tapi tersenyum “Yang pasti atas izin dan kuasa Alloh.” “Sami turunan Sukapura” kata kuncen.
Jangan lewatkan, bila satu waktu berkunjung ke Bumi Alit untuk melihat sisa sisa pilar bangunan pendopo Sukapura, tepat di depan bangunan Bumi Alit.
Mangga, agan-agan, teteh – teteh, sumpingan Bumi Alit Museum Sukapura di Sukaraja.
foto koleksi pribadi dan sebagian koleksi Kang Gusmara Tomtom












Senin, 05 Oktober 2015

Tasikmalaya Kota Baso ( #SonoKaTasik )

Tasik, Selain menyandang predikat kota santri, dengan bertebarannya pesantren - pesantren dan ratusan ribu santri dari penjuru Nusantara yang menuntut ilmu di pesantren.
Atau kota tukang kiridit, dimana dahulu dimasa kejayaannya di seluruh pelosok Nusantara pasti ada tukang kiridit, menjual barang dengan sistem pembayaran dicicil/dikresit, ada yang harian, mingguan, atau bulanan. Dan dapat dipastikan tukang kiridit adalah orang Tasik, walau kini tingal cerita lama dan sistemnya ditiru oleh para lising.
Bisa juga disebut kota bordel, baik mukena atau kebaya, terutama dari daerah kawalu, sukaraja dan sekitarnya. Bordel Tasik menjadi primadona dan raja di pasar Tanah Abang, Jakarta.Selain itu Tasik bisa juga disebut kota kerajinan anyam dan lain lain.
Selain sandangan atau predikat nama - nama diatas rasanya tidak salah bila Tasik juga layak menyandang sebagai kota baso. Mengapa demikian? Karena hampir di setiap sudut baik di kota ataupun di daerah pinggiran pasti ada tukang atau penjual baso. Dengan berbagai jenis baso dan berbagai kelas, di Tasik sangatlah komplit. Baso Solo, baso urat, baso Malang, baso Tasik tentunya dan lainnya. Dari tukang baso dorong, rumahan/warung sampai ruko/mall.
Rasanya tidak berlebihan bila ada ungkapan "Belum sampai di Tasik bila belum makan baso atau ngebaso."IMG00332-20151003-1232

Selasa, 22 September 2015

MANUSIA RAJUT DI SITU GEDE #SonoKaTasik

Beragam cara dilakukan orang untuk mengais rejeki, diantaranya oleh orang ini. Sebut saja manusia Rajut, karena pakaian atau costum ia gunakan adalah dari rajutan yang menutupi seluruh tubuhnya, hanya menyisakan lubang mana dan lubang mulut.
Ia dapat ditemui di objek wisata Situ Gede Tasikmalaya. Menjual jasanya, menghampiri, menghibur pengunjung, terutama yang sedang makan atau menunggu pesanan datang di saung saung makan yang berjejer di tepi Situ Gede.
Secara kualitas musikalitas, baik suara ataupun alat musik yang ia mainkan (angklung yang ia bawa) tidak terlalu istimewa, kalah dari pengamen anak kecil dan ibunya yang menjual jasa suaranya dengan bantuan karoeke dan lagu lagu sundanya, atau kalah lucu dengan grup pengamen dangdutan.
Tapi dengan penampilan pakaiannya yang unik menjadi daya jual tersendiri.
Kerja Yang Cerdas Manusia Rajut

Situs Lingga Yoni, peninggalan Jaman Hindu di Tasikmalaya #SonoKaTasik

Tasikmalaya yang lebih dikenal sebagai daerah atau basis islami, bahkan untuk sebagian orang menyebutnya sebagai Kota Santri, karena mungkin banyaknya pesantren dan santrinya. Ternyata masih menyimpan peninggalan jaman hindu, selain situs Batu Sanghyang dan geger sunten, juga Walahir, ada juga situs Lingga Yoni.
Lokasi Situs Lingga Yoni berada di gunung Kabuyutan (begitu masyarakat menyebutnya) blok Sukamaju Kidul, Indihiang, Kota Tasikmalaya, tidak jauh dari terminal tipe A Indihiang.
Seperti situs situs lain di nusantara, keberadaan situs selalu diberi pemanis cerita mistis, diantaranya, sering terdengar suara gamelan, atau seolah ada yang sedang pertunjukan wayang.
Gunung Kabuyutan sendiri, adalah gunung atau bukit yang keukeuh dipertahankan oleh ahli waris, Abah Suhendi seorang pensiunan polisi, untuk tidak dijual ke pihak pengembang. Sementara gunung gunung disekitarnya sudah mulai rata digerus.
Untuk menuju situs Lingga Yoni sebetulnya tidak terlalu sulit, hanya karena korangnya sosialisasi dan agak tersembunyi, maka banyak orang yang tidak tahu. “Ah masa sih.” banyak reaksi heran dari orang orang yang diberi tahu.
Dari semua arah dapat menjadikan terminal tipe A sebagai patokan, kalau belum paham juga setelah sampai di seputaran terminal, tanyakan saja gunung Kabuyutan, kalo bertanya Lingga Yoni, mungkin banyak yang tidak tahu.
Kalau dari arah Garut Singaparna, mudahnya sekarang via jalan Mangin (Mangkubumi Indihiang), sebelum sampai ke terminal, gunung kabuyutannya akan terlihat.










Selasa, 08 September 2015

OBROLAN DI SISI SITU CIBEUREUM

Sebut bae Bapa Aki, lemburna di Sangkali tukangeun Puskesmas Sangkali Tamansari, gawena cenah ngan ngaheurap mapay mapay situ anu aya di kota Tasik.
Harita ka Situ Cibeureum, tos ti Situ Malingping, ngan teu nepi da jalanna keur diaspal dihadean, cenah ngaspalna karek nepikana tanjakan, teuing palebah mana pasna, da jeung eunyana jalan ka situ Malingping mah kurang hade, ari lain disebut goreng mah.
Sakali ngaheurap atawa ngecrik rata rata sok meunang tilu kiloan mah, lumayan keur jajan incu di imah, bari lung ngalungkeun kecrikna, teu gurung gusuh dibetot rada dianteup heula semu geus yakin aya eusian. da samemeh ngalungkeun kecrikna si Bapa Aki ngomong "tuh tingali aya anak jaer." Weleh teu katempo ku kuring mah najan eunya make kaca panon.
Bener we basa ditarik lalaunan, teu kurang ti lima siki lauk jaer adug lajer jero kecrik, katambah lauk sapu milu hayang ka darat, tapi lauk sapuna mah dialungkeun deui ka tengah.
"Baheula mah samemeh sisi sisina ditembok, lain bae lauk jaer, nileum, bogo, jeung anu lainna oge," Ceuk Si Bapa Aki bari ngaluarkeun lauk jaer tina kecrik.
"Kuduna poe jumaah kadieuna, sok rame anu ngarala lauk sanggeus jumaahan, malah ti Manonjaya oge sok aya anu datang milu ngala lauk. Tara kurang ti dua kintal sigana poe jumaah lauk kaangkat. Ngan hanjakal sok aya anu make portas ngalana, lain dilarang anu kitu teh?"
"Mun di Situ Gede caina seket, can lila ancrub oge suku gancang peurih, siga melekpek, mun didieu mah di situ Cibeureum tiis da dasarna leutak lain keusik siga situ Gede."
"Tah anu jero mah situ Malingping, katempona siga anu saat jeung deet, padahal leuwih jero. Ngan didinya mah kudu mayar dua puluh rebu ka si Anu, mun hayang ngecrik teh."




Jumat, 04 September 2015

SITU CIBEUREUM TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA, DAN TRADISI MENANGKAP IKAN BERJAMAAH

























Selain Situ Gede di kecamatan Mangkubumi, kota Tasikmalaya juga mempunyai aset atau potensi wisata situ lainnya, walaupun pengelolaannya sebagian besar masih di bawah BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Air) Propinsi Jawa Barat. Diantaranya Situ Cibeureum, kecamatan Tamansari kota Tasikmalaya. Mungkin dinamakan situ Cibeureum karena dahulu masuk wilayah kecamatan Cibeureum, yang sekarang telah dimekarkan menjadi tiga kecamatan.
Kondisinya saat ini, di musim kemarau airnya surut, tapi genangannya masih terlihat, tidak seperti situ Gede yang betul betul kering nyaris tidak berair. Cukup luas mata dimanjakan, hiliwir angin pun cukup sejuk menyambut dari rimbunan pohon yang tumbuh di sekitar situ. Sepanjang pinggirannya telah dibenteng dengan tembok. Pun tidak ada lagi pohon kirai di tengah tengah situ, hanya ada beberapa tersisa di pinggiran situ. Persisi seperti situ Sanghyang Cibalanarik kabupaten Tasikmalaya.
Walaupun musim kemarau dan airnya surut, penduduk masih memanfaatkannya untuk mengais rejeki dengan menangkap ikan, menggunakan berbagai alat, seperti pancing, jala, sair dan lain – lainnya. Ikan mujair adalah ikan yang masih banyak didapat di situ Cibeureum. Kata seorang Bapak Aki penduduk dari kampung Sangkali, tidak jauh dari situ Cibeureum, biasanya sekali menjala saat ini sekitar tiga kilo ikan mujair masih dapat. Bahkan dahulu sebelum pinggirnya ditembok bukan hanya ikan mujair yang ada, ikan-ikan lain pun banyak.
Ada hal unik dilakukan masyarakat sekitar situ Cibeureum, yaitu menangkap ikan ramai ramai setiap hari jumat, selepas sholat jumat. Bukan hanya penduduk sekitar situ saja yang datang dan ikut menangkap ikan, tetapi dari luar daerah pun banyak yang datang untuk ikut mengais rejeki menangkap ikan. Hanya sayang ada sebagian oknum masyarakat yang menangkap ikan dengan menggunakan racun tawas.
Selain itu tidak adanya papan penunjuk jalan juga menjadi kesulitan lain bagi pengunjung dari luar untuk menikmati sisi lain keindahan situ Cibeureum.